SEKOLAH TANPA BATAS TAPI MEMBEKAS: Belajar dari Seni Tangan ke Hati "Calistung, Pelangi Susu, Ecoprint, hingga Warna Warni Seni"

Pendidikan menjadi pilar utama kemajuan suatu bangsa. Anak-anak sekolah dasar berada dalam masa keemasan perkembangan dengan rasa ingin tahu, kreativitas, dan semangat belajar sangat tinggi. Sayangnya, pembelajaran di sekolah masih sering berfokus pada teori dan hafalan, sehingga potensi anak dalam berpikir kritis dan berkarya belum tergali secara optimal. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan edukatif yang menyenangkan, kontekstual, dan merangsang keterlibatan aktif anak-anak dalam proses belajar.
Melalui program Ceria Sapa Aksara Sapa Angka, anak usia dini, khususnya siswa kelas 2 dan 3 diarahkan untuk menguatkan kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung (CALISTUNG). Syafa’ana (Ana) dari Program Studi Kimia, melakukan pemantauan awal dan diskusi bersama guru-guru setempat, diketahui bahwa sebagian siswa masih menghadapi kendala dalam mengenali huruf, membaca dengan lancar, serta menyelesaikan soal hitung-hitungan sederhana. Tantangan inilah yang melatarbelakangi lahirnya program ini dan dirancang dengan pendekatan belajar yang lebih santai dan menyenangkan agar siswa tidak merasa tertekan saat belajar.
Kegiatan ini dilaksanakan selama enam kali pertemuan setiap Selasa dan Kamis mulai 15 hingga 31 Juli 2025. Sekitar 33 siswa berpartisipasi dalam program ini. Untuk memaksimalkan proses belajar, siswa dibagi ke dalam kelompok kecil sehingga pendampingan bisa dilakukan secara lebih intensif. Suasana belajar dikemas dengan berbagai permainan edukatif seperti kartu huruf dan angka, tebak kata, serta latihan menulis sambil bermain. Hal tersebut diharapkan siswa merasa lebih antusias saat belajar. Selain itu, mahasiswa KKN juga menyusun materi latihan berbasis lembar kerja yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Guru kelas juga dilibatkan secara aktif agar kegiatan ini tidak hanya berhenti pada masa KKN saja, melainkan bisa dilanjutkan setelahnya. Hasilnya cukup memuaskan, dimana anak-anak mulai menunjukkan keberanian membaca dan semakin terampil dalam berhitung. Sebagai bentuk keberlanjutan, terdapat laporan pencapaian program yang diserahkan ke pihak sekolah. Program ini tidak hanya mendatangkan manfaat akademik, tetapi juga mempererat hubungan antara mahasiswa, guru, dan siswa. Kegiatan belajar pun terasa lebih hidup dan menyenangkan. Harapannya, pendekatan seperti ini dapat menjadi inspirasi untuk terus mendampingi anak-anak dalam belajar, baik oleh pihak sekolah maupun komunitas relawan pendidikan di masa mendatang.
Kreativitas dan keterampilan anak juga menjadi fokus pada mahasiswa KKN-PPM UGM. Dalam rangka memperkenalkan sains dasar dengan cara yang menyenangkan, Zahra Firmani (Zahra) dari program studi Teknik Kimia mengadakan kegiatan Science Go to School bertema Science Ceria melalui Eksperimen Kreatif (Pelangi Susu) di SD Negeri Tedunan pada Sabtu, 19 Juli 2025. Kegiatan ini diikuti oleh siswa kelas 6 yang tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. Kegiatan dibuka dengan pre-test singkat untuk mengukur pengetahuan awal siswa tentang konsep dasar sains. Mahasiswa kemudian memperkenalkan eksperimen “Pelangi Susu” menggunakan susu cair, pewarna makanan, dan sabun cuci piring untuk menunjukkan interaksi molekul secara visual. Dengan panduan yang sederhana dan pendekatan interaktif, siswa diajak menyaksikan langsung perubahan warna yang terjadi, menciptakan suasana kelas yang hidup dan penuh rasa penasaran.
Setelah eksperimen selesai, siswa mengikuti sesi post-test sebagai bentuk evaluasi pembelajaran serta sesi tanya jawab yang berlangsung seru. Anak-anak yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar mendapatkan hadiah menarik sebagai bentuk apresiasi, yang semakin memotivasi mereka untuk aktif dan berani menjawab. Kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan siswa tentang sains, tetapi juga membangun rasa percaya diri serta semangat belajar melalui pengalaman langsung. Pihak sekolah menyambut baik program ini karena dapat memperkenalkan konsep ilmiah secara menyenangkan, sekaligus menumbuhkan minat siswa terhadap ilmu pengetahuan sejak dini. Harapannya, kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan dan menjadi bagian dari pendekatan pembelajaran kreatif di sekolah dasar, khususnya di wilayah pedesaan.
Tidak hanya itu, anak-anak juga diajak untuk lebih mengenal lingkungan sekitar melalui kegiatan Kreasi Ecoprint (Batik Alami) sebagai Sarana Mengenal Keanekaragaman Tumbuhan oleh Jauza Hanifah Azzahra (Jauza). Sebelum proses pencetakan dimulai, anak-anak diperkenalkan pada keanekaragaman tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan, ciri-ciri dan bentuk daun, warna alami yang dihasilkan, serta manfaat ekologis tumbuhan. Aktivitas ini secara tidak langsung melatih anak dalam mengamati bentuk morfologi daun, membedakan struktur tumbuhan, dan mengenal keanekaragaman tumbuhan dengan cara yang menyenangkan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 28 Juli 2025 di SD Negeri Tedunan (Demak). Dalam praktiknya, anak-anak kelas 5 tampak antusias saat memilih daun, menata motif di atas kain, hingga memukul permukaan kain untuk memunculkan jejak daun. Kegiatan ini tidak hanya melatih kreativitas dan motorik halus, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap alam dan lingkungan. Mereka belajar bahwa tumbuhan bukan hanya sebagai penghias alam, tetapi juga sumber inspirasi dalam berkarya.Dengan menggabungkan unsur seni, sains, dan lingkungan, Ecoprint menjadi media pembelajaran yang menarik karena anak tidak hanya sekadar “membuat batik”, tetapi juga mengalami langsung proses mengenal, mengeksplorasi, dan mencintai kekayaan alam hayati di sekitar mereka. Kegiatan ini membuktikan bahwa edukasi lingkungan dapat dilakukan sejak dini dengan metode yang kreatif dan membekas dalam ingatan.
Selain anak usia dini, anakusia remaja juga menjadi fokus dalam pendidikan bangsa. Kegiatan peningkatan kreativitas juga dilakukan pada siswa remaja di SMP 2 Wedung. Syafa’ana (Ana) dari program studi Kimia mengangkat program Fun Science di Balik Warna Warni Seni sebagai sarana pengenalan konsep dasar asam dan basa melalui cara yang tidak biasa, yaitu mewarnai batik menggunakan bahan-bahan dapur seperti kunyit, cuka, dan deterjen. Pada kegiatan ini, para siswa diajak untuk bereksplorasi. Di awal kegiatan, siswa diperkenalkan dengan penjelasan ringan tentang zat asam dan basa, lalu langsung diajak mencoba eksperimen dengan mewarnai batik dengan larutan kunyit dan deterjen yang telah disiapkan. Reaksi warna yang muncul seolah menjadi sihir kecil yang membuat mereka terkagum dan semakin tertarik untuk tahu lebih dalam.
Program ini bukan hanya tentang belajar sains, tapi juga mengajak siswa untuk berpikir kritis dan berani mencoba. Mereka diajak untuk mengamati, bertanya, dan menyimpulkan sendiri dari hasil percobaan yang mereka lakukan. Belajar menjadi lebih menyenangkan karena mereka bisa menyentuh, mencium, bahkan melihat sendiri bagaimana reaksi zat-zat tersebut memengaruhi warna. Tak sedikit siswa yang akhirnya tersenyum bangga sambil memamerkan warna batik hasil eksperimennya. Melalui pendekatan ini, sains tidak lagi terasa jauh dan sulit dipahami, tapi justru hadir dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dengan menggabungkan unsur seni dan pengetahuan, program ini membuka mata siswa bahwa belajar bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan, bermakna, dan penuh warna, baik di kepala maupun di hati.
Melalui serangkaian program edukatif yang kreatif tersbeut, mahasiswa KKN UGM berhasil menghadirkan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi anak-anak usia sekolah dasar hingga remaja. Tidak hanya memperkaya pengetahuan akademik, program-program ini juga membuka peluang keberlanjutan pembelajaran yang aktif dan inspiratif di lingkungan sekolah dasar, khususnya di wilayah pedesaan.
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin