MENGELOLA SAMPAH, MEMBANGUN DESA : Inovasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga oleh KKN-PPM UGM 2025

14 Agustus 2025
M. AUFAL MISYAQ
Dibaca 3 Kali
MENGELOLA SAMPAH, MEMBANGUN DESA : Inovasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga oleh KKN-PPM UGM 2025

“Sampah tidak selamanya harus menjadi sampah”

 

Sampah rumah tangga merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang terus meningkat di masyarakat pedesaan, termasuk Desa Tedunan. Minimnya pemahaman dan fasilitas pengelolaan sampah menyebabkan penumpukan limbah dan pencemaran lingkungan, bahkan hingga mengganggu kesehatan masyarakat. Penumpukan sampah akan mengundang hewan-hewan yang membawa penyakit, seperti tikus. Oleh karena itu, tim KKN-PPM UGM 2025 merancang serangkaian program terintegrasi untuk mengatasi isu tersebut. Pelaksanaan program ini dilaksanakan di lingkungan RT 1 RW 1 Desa Tedunan sebagai lokasi yang dipilh sebagai pilot project. 

Sebagai langkah awal, Bintang Ramadhan (Bintang) melakukan Edukasi Pemilahan Sampah Rumah Tangga dan Perintisan TPS Desa pada 31 Juli 2025 dan 2 Agustus 2025. Program ini menginisiasi pengelolaan sampah rumah tangga berbasis pemilahan sederhana dengan cara membagi sampah menjadi organik, anorganik, dan residu. Melalui program ini diharapkan pemahaman masyarakat terkait pemilahan, pengenalan jenis, hingga penanganan terhadap sampah pada skala rumah tangga meningkat. Selain itu, Bintang juga menawarkan konsep Tempat Penampungan Sementara (TPS) desa sebagai titik kumpul dan klasifikasi awal sebelum pengolahan lebih lanjut. Harapannya, desa memiliki sistem kelola sampah terpadu yang berkelanjutan.

Sampah yang telah dipilah berdasarkan jenisnya dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai manfaat lebih. Sampah organik dapat diolah menjadi Pupuk Kompos Tak Berbau dari Sampah Organik yang menjadi inovasi dari Syafa’ana (Ana). Masalah umum dalam pengomposan rumah tangga adalah bau tak sedap, sehingga Ana memberikan inovasi pada pembuatan pupuk kompos cair menggunakan metode fermentasi tertutup berbasis mikroorganisme lokal (MOL) untuk menghasilkan kompos tak berbau. Dengan teknik yang tepat dan bahan tambahan alami seperti larutan molase dan EM4 (Effective Microorganism), sampah organik seperti sisa makanan, sayur, kulit buah, dan daun kering dapat difermentasi secara anaerob tanpa menimbulkan bau menyengat. Proses ini juga mempercepat pembusukan sampah dan meningkatkan kandungan nutrisi pada kompos yang dihasilkan. Proses ini berjalan tanpa mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar. Kompos ini cocok untuk pupuk tanaman sayur, buah, dan hias di pekarangan rumah. Tanaman pun tumbuh lebih sehat karena mendapatkan nutrisi alami yang bebas dari bahan kimia sintetis.

Untuk mengoptimalkan proses pembuatan pupuk organik, Shofi Na’ila Haniefah (Shofi) merancang sebuah inovasi berupa Tabung Komposter Cair dengan Monitoring Sensor Suhu, Kelembapan, dan Gas. Alat ini dirancang khusus untuk mengolah sampah organik basah seperti sisa sayuran dan buah-buahan menjadi kompos cair yang kaya nutrisi bagi tanaman. Dengan integrasi sensor suhu dan kelembapan SHT20 serta sensor gas MQ135, pengguna dapat memantau kondisi fermentasi secara real-time tanpa perlu membuka tutup tabung, sehingga menjaga kestabilan lingkungan dalam tabung dan mempercepat proses pematangan kompos. Data dari sensor ditampilkan melalui monitor yang juga memberikan informasi status kompos secara otomatis, menjadikan proses ini lebih praktis, higienis, dan efisien. Inovasi ini tidak hanya mempermudah pengguna dalam mengelola sampah organik, tetapi juga mendukung gerakan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Selain menggunakan tabung, pengolahan sampah organik dapat dilakukan pada lubang-lubang vertikal atau biopori. Program Pembuatan Biopori Sederhana yang telah dilaksanakan oleh Muhammad Choirun Na’im (Nai’m) pada 22 Juli 2025 sebagai langkah meningkatkan daya resapan air serta media pengolahan sampah organik (kompos). Melalui program ini diharapkan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait biopori sederhana sebagai upaya meningkatkan daya serap air serta sebagai media pengolahan sampah organik menjadi kompos. Program ini mengajak partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan dengan metode yang mudah diterapkan.

Tidak hanya diolah menjadi pupuk organik kompos, sampah organik juga dapat diolah menjadi pakan ternak. Zahra Firmani (Zahra) memberikan inovasi terkait Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Pakan Ternak Unggas. Program ini ditujukan pada ibu-ibu PKK dengan memberikan materi sekaligus praktik langsung pengolahan sampah dapur seperti sisa makanan, kulit buah, dan ampas teh atau kopi melalui proses fermentasi sederhana menggunakan dedak dan cairan EM4 menjadi pakan ternak unggas. Metode ini terbukti efektif dan dapat diterapkan mandiri di rumah untuk menghasilkan pakan unggas yang bergizi serta ramah lingkungan. Peserta yang aktif selama sesi tanya jawab diberi hadiah berupa dedak dan wadah fermentasi sebagai bentuk apresiasi. Melalui pelatihan ini, warga belajar pentingnya rasio bahan kering dan basah, proses pengeringan awal, serta penggunaan larutan fermentasi dalam jumlah yang tepat agar hasilnya tidak berbau dan tidak berjamur, sekaligus mendorong kesadaran lingkungan dan kemandirian ekonomi rumah tangga.

Pakan ternak tersebut juga dapat diolah dari limbah cangkang keong. Inovasi dari Mayda Rekha Azizah (Mayda) berupa Inisiasi Usaha Tambahan Pakan Ternak dari Cangkang Keong memanfaatkan limbah cangkang keong yang menjadi keresahan masyarakat Desa Tedunan. Pengepul keong yang telah mengambil daging keongnya, akan membuang langsung limbah cangkang ke tanggul sungai. Hal ini menjadi permasalahan karena mengganggu kenyamanan warga sekitar karena bau tidak sedap dari limbah tersebut. Pemanfaatan limbah cangkang keong dimulai dengan proses pengumpulan cangkang keong yang terdapat di desa. Setelah dikumpulkan, cangkang-cangkang tersebut dicuci hingga bersih dari sisa-sisa daging keong. Kemudian, cangkang yang telah dibersihkan dijemur hingga benar-benar kering, cangkang keong yang telah kering dihancurkan atau digiling menggunakan alat penggerus cangkang keong. Proses penggilingan dilakukan secara bertahap hingga keong benar benar berubah teksturnya menyerupai tepung atau bubuk. Tepung cangkang keong selain dimanfaatkan sebagai bahan tambah pakan ternak juga bermanfaat sebagai bahan pembenah tanah pertanian atau bahan substitusi dari dolomit kapur. Bubuk cangkang keong sebagai bahan pembenah tanah berfungsi sebagai amandemen basa yang apabila ditambahkan dapat meningkatkan nilai pH tanah yang masam. 

Selain sampah organik yang dapat diolah menjadi produk dengan nilai guna tinggi, smapah anorganik (khususnya plastik) memiliki potensial. Sampah plastik yang kian bertambah setiap harinya juga menjadi fokus pemerintah Desa Tedunan. Minimnya pemahaman terkait penanganan dan pengelolaan sampah anorganik menjadi salah satu penyebabnya. Melalui porgram Penguatan 3R melalui Pelatihan Plasticraft, Jauza Hanifah Azzahra (Jauza) memberikan edukasi awal pada ibu-ibu PKK terkait konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk skala rumah tangga. Dengan demikian, pemahaman terkait pengelolaan sampah anorganik rumah tangga dapat lebih tertanam. Penguatan pemahaman 3R juga didukung dengan adanya pelatihan pembuatan tas serbaguna dari sampah plastik kresek yang disetrika agar mendpaatkan ketebalan yang lebih kuat. Kemudian setiap bagian yang sudah disetrika, dijahit membentuk tas. Adanya program ini diharapkan dapat mengurangi volume sampah plastik rumah tangga dan dapat membuka ekonomi baru pada bidang kerajinan tangan.

Rangkaian program-program di atas membuktikan bahwa pengelolaan sampah tidak harus rumit dan mahal. Dengan pendekatan yang edukatif, praktis, dan inovatif, masyarakat Desa Tedunan kini memiliki bekal untuk mulai mandiri mengelola limbahnya. Dari sampah jadi berkah, dari masalah jadi peluang. Inilah bukti bahwa langkah kecil bisa memberi dampak besar.