MENGGALI POTENSI SDA LOKAL : Herbal, Biolarvasida, Pestisida Alami, dan Garam Rekristalisasi dari Tedunan

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman, berbagai jenis tumbuhan berkhasiat dan bahan alami atau bahan lokal yang tersebar di setiap pelosok desa, seperti di Desa Tedunan. Sayangnya, potensi luar biasa ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat. Padahal, sumber daya alam lokal memiliki nilai guna tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi alternatif dalam bidang kesehatan, pertanian, dan lingkungan—terutama dengan pendekatan alami dan ramah lingkungan.
Mahasiswa KKN-PPM UGM menyelenggarakan program pelatihan bertema lingkungan dan pertanian berkelanjutan yang berfokus kepada ibu-ibu sebagai agen kesehatan skala rumah tangga. Kegiatan ini dilaksanakan pada 27 Juli 2025 di Gedung Pelatihan Balai Desa Tedunan. Jauza Hanifah Azzahra (Jauza) dari program studi Biologi memberikan pematerian terkait Inventarisasi Flora Herbal sebagai Obat Alami Desa. Program ini dilakukan dengan tujuan pendataan dan pengenalan berbagai jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai bahan pengobatan tradisional. Kegiatan ini tidak hanya menggali kekayaan alam, tetapi juga kearifan lokal yang menjadi warisan budaya masyarakat.
Kegiatan inventarisasi dilakukan dengan cara berkeliling desa, mengamati langsung tumbuhan yang tumbuh di pekarangan, kebun, maupun lahan liar. Beberapa tumbuhan yang berhasil diidentifikasi dicatat secara detail mulai dari nama lokal, klasifikasinya, kandungan kimia dan fitokimia, serta manfaat tradisional serta potensi farmakologisnya. Selain itu, pendataan ini juga dikemas dengan beberapa contoh pengolahan makanan maupun minuman tradisionalnya. Melalui program ini diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan dengan maksimal kekayaan flora herbal yang ada di sekitar mereka serta menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga dan melestarikan tanaman obat, sekaligus mendorong pemanfaatannya sebagai solusi kesehatan alami dan mandiri di tingkat desa.
Banyaknya flora herbal yang memiliki manfaat tersebut perlu dilakukan edukasi terkait cara pemanfaatan dan pengolahannya. Jauza melakukan sosialisasi (edukasi) dan pelatihan pembuatan BioLarvasida sebagai Pencegahan vektor penyakit. Larvasida merupakan pestisida atau pembunuh hama yang mampu mematikan ulat (larva) atau serangga yang belum dewasa. Pada kegiatan ini larvasida dikhususkan untuk mengendalikan larva nyamuk dengan memanfaatkan tumbuhan yang ada di Desa Tedunan, yaitu serai dan bawang putih. Permasalahan nyamuk menjadi fokus di Desa Tedunan. Nyamuk menjadi salah satu vektor penyakit yang paling umum dan berbahaya, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Masih banyak titik yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk di Desa Tedunan. Berdasarkan data kegiatan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang dilakukan kader kesehatan desa, masih ada beberapa rumah yang terdapat jentik nyamuk di bak mandi maupun penampungan air rumahnya. Keberadaan nyamuk tersebut dapat menyebabkan penyakit, seperti demam berdarah, malaria, dan chikungunya sering kali merebak akibat lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk.
Program biolarvasida ini menjadi inovasi solusi permasalahan nyamuk tersebut. Pelaksanaanya, diawali dengan pemberian materi terkait beberapa tumbuhan di desa yang berpotensi sebagai bahan baku biolarvasida. Ibu-ibu sangat semangat mendengarkan pematerian dan bertanya. Materi diperkuat dengan adanya pelatihan pembuatan biolarvasida dari serai dan bawang putih. Melalui program ini diharapkan dapat mengurangi permasalahan nyamuk dan meminimalisir penggunaan larvasida kimia dalam jangka panjang yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan karena tidak menyebabkan resistensi pada nyamuk.
Selain itu, Syafa’ana (Ana) dari program studi Kimia mengangkat Pelatihan Pembuatan Pestisida Alami dari Bahan Lokal. Program ini diharapkan dapat menjadi ruang berbagi pengetahuan sekaligus mendorong pemanfaatan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan sebagai solusi alternatif pengendalian hama.Pelatihan ini dilatarbelakangi oleh tingginya penggunaan pestisida kimia dalam kegiatan pertanian rumah tangga yang sering kali tidak disadari dampaknya. Padahal, penggunaan bahan kimia secara terus-menerus dapat membahayakan kesehatan dan mencemari lingkungan. Oleh karena itu, mahasiswa KKN ingin mengenalkan pilihan yang lebih aman dan berkelanjutan melalui pembuatan pestisida dari bahan-bahan alami seperti serai, bawang putih, dan rumput knop. Selain memberikan manfaat langsung bagi kesehatan dan lingkungan, pelatihan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam menjaga tanaman pekarangan tanpa bergantung pada produk pestisida pabrikan.
Acara diawali dengan pemaparan materi terkait pestisida alami, mulai dari pengenalan bahan aktif yang terkandung dalam serai, bawang putih, dan rumput knop, hingga cara kerja pestisida tersebut dalam membasmi serangan hama tanaman. Setelah sesi materi, peserta diajak langsung untuk praktik membuat pestisida alami. Proses dimulai dari penyiapan bahan, penghalusan, pencampuran, hingga fermentasi sederhana. Mahasiswa mendampingi setiap langkah pembuatan untuk memastikan peserta memahami teknik dan proporsi yang tepat. Hasil dari praktik tersebut kemudian dikemas dan dibagikan ke masing-masing peserta agar bisa langsung dicoba di rumah.
Tidak hanya tumbuhan herbal, sumber daya alam lokal yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi adalah garam. Garam krosok yang banyak dihasilkan oleh petani garam di pesisir utara Demak umumnya memiliki warna kekuningan dan kualitas yang belum memenuhi standar konsumsi. Dari permasalahan tersebut, Bintang Ramadhan (Bintang) dari program studi Teknik Kimia mengangkat program kerja Pelatihan Peningkatan Kualitas Garam Krosok Melalui Metode Rekristalisasi Sederhana. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2025 dan diikuti oleh ibu-ibu PKK desa yang selama ini turut berperan dalam proses produksi maupun pengolahan hasil garam. Pelatihan ini dirancang untuk mendorong peningkatan kualitas garam agar layak konsumsi dan memiliki daya jual yang lebih tinggi. Dalam pelatihan ini, peserta dikenalkan pada metode rekristalisasi sederhana yang bertujuan untuk memurnikan garam dari kotoran fisik dan ion logam yang menyebabkan perubahan warna serta mutu. Proses ini dilakukan dengan melarutkan ulang garam dalam air bersih, menambahkan bahan penyerap seperti karbon aktif, dan mengendapkan kembali kristal garam yang lebih putih dan higienis.
Kegiatan pelatihan dilakukan secara praktis dan partisipatif, dimulai dari penjelasan teori dasar mengenai kualitas garam, penyebab warna kekuningan, hingga praktik langsung di lapangan. Peserta juga diajak untuk memahami pentingnya standar mutu garam konsumsi, termasuk aspek kandungan yodium yang dibutuhkan oleh tubuh. Antusiasme ibu-ibu PKK terlihat dari keterlibatan aktif mereka dalam setiap sesi praktik serta diskusi mengenai potensi pemasaran garam hasil rekristalisasi.
Melalui pelatihan ini, diharapkan masyarakat—khususnya kelompok perempuan—mampu meningkatkan kualitas produk garam lokal secara mandiri dan berkelanjutan. Program ini tidak hanya memberi solusi teknis, tetapi juga membuka peluang pengembangan usaha rumahan berbasis olahan garam siap konsumsi. Tim KKN-PPM UGM berharap kegiatan ini dapat menjadi titik awal penguatan ekonomi lokal melalui inovasi sederhana namun berdampak besar bagi masyarakat pesisir Desa Tedunan.
Pelatihan-pelatihan ini tidak hanya membawa pengetahuan baru, tetapi juga mendorong perubahan pola pikir terhadap pentingnya penggunaan bahan yang lebih aman untuk keluarga dan lingkungan. Program ini menjadi salah satu langkah kecil yang diharapkan dapat memberi dampak besar dalam mendukung gaya hidup sehat dan berkelanjutan di Desa Tedunan.



Komentar baru terbit setelah disetujui Admin